Senin, 07 Desember 2015

Hukum Tabur Tuai

Hukum Karma vs Hukum Tabur-Tuai

Karma adalah “istilah timur” untuk “Hukum Sebab-Akibat”. Istilah Karma ini dikenal dalam agama Hindu dan Budha, yaitu suatu perputaran sebab dan akibat yang disebut roda samsara.
Hukum karma dalam konsep Hindu dan Budha mempercayai semua yang hidup akan terlahir kembali (reinkarnasi) setelah mati untuk menanggung akibat dari perbuatannya pada kehidupan sebelumnya. Jadi ‘hukum karma’ dalam konsep mereka bukan semata hukum ‘sebab-akibat’ tetapi punya relasi erat dengan pengajaran mengenai ‘samsara’ serta ‘reinkarnasi’.
Reinkarnasi adalah proses kelahiran kembali di masa mendatang. Orang Hindu percaya bahwa mereka akan lahir kembali sebanyak 8.400.000 kali sebelum jiwanya dapat selamat dari perangkap samsara. Samsara berarti “mengembara” dan menunjuk pada pengembaraan jiwa dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain, dari masa kehidupan yang satu ke masa kehidupan yang lain, dari lahir, hidup, sampai mati.
Ada dua macam karma, yaitu karma baik dan karma buruk. Karma baik adalah segala perbuatan atau pikiran yang mengarah kepada hal yang baik. Sedangkan karma buruk adalah segala perbuatan atau pikiran yang mengarah kepada hal yang buruk. Karma baik atau karma buruk ini dikumpulkan oleh seseorang selama dia hidup, untuk menentukan wujud kelahiran jiwa kembali di masa mendatang. Oleh karena itu, karma berkaitan erat dengan reinkarnasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Hidup manusia sekarang dipengaruhi oleh perbuatan di masa lalu, dan kehidupan yang akan datang dipengaruhi oleh kehidupan masa sekarang. Kitab Bhagavad Gita mengajarkan bahwa melakukan perbuatan amal dan hidup dengan tidak mementingkan diri sendiri, merupakan satu-satunya cara supaya dapat dilahirkan kembali dengan sedikit mungkin karma. Karma yang buruk memastikan bahwa jiwa manusia akan kembali pada kehidupan yang akan datang dengan tingkat yang lebih rendah. Seseorang akan terlepas dari hukum karma apabila dia sudah terlepas dari roda kehidupan, yang disebut moksa.
Presiden Soekarno dalam bukunya pernah menulis “Barang siapa menabur angin, akan menuai badai”. Dan bandingkan dengan ayat ini “Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung” (Hosea 8:7a). Alkitab mengajar ‘hukum sebab-akibat’ ini dikenal dengan Hukum Tabur-Tuai yaitu “sebagaimana Anda menabur, begitu pula Anda menuai”. Dibawah ini contoh2 Wejangan “Hukum Sebab-Akibat” dari kitab 2 Korintus, Amsal, Matius:
* 2 Korintus 9:6
Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.
* Amsal
9:7 Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela.
10:8 Siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, tetapi siapa bodoh bicaranya, akan jatuh.
11:19 Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi siapa mengejar kejahatan, menuju kematian.
11:25 Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.
13:3 Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.
13:11 Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.
26:27 Siapa menggali lobang akan jatuh ke dalamnya, dan siapa menggelindingkan batu, batu itu akan kembali menimpa dia.
28:10 Siapa menyesatkan orang jujur ke jalan yang jahat akan jatuh ke dalam lobangnya sendiri, tetapi orang-orang yang tak bercela akan mewarisi kebahagiaan.
28:13 Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.
28:18 Siapa berlaku tidak bercela akan diselamatkan, tetapi siapa berliku-liku jalannya akan jatuh ke dalam lobang.
* Matius
10:41 Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.
10:42 Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
12:30 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.
12:50 Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
13:12 Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.
23:12 Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Dari contoh2 ayat di atas kita mengenal adanya ‘hukum tabur-tuai’. Alkitab yang memperingatkan kita akan akibat yang harus ditanggung bila kita melakukan kejahatan dan sebaliknya ada berkat yang akan kita terima ketika kita melakukan kebaikan. Namun perlu kita pahami bahwa walaupun Alkitab mengajarkan tentang hukum sebab-akibat tetapi hukum sebab-akibat itu tidak ada kaitannya dengan pengajaran mengenai ‘roda samsara’ dan ‘reinkarnasi’ sebagaimana dikenal dalam agama Hindu dan Budha.
Persamaan Hukum Karma dan Hukum Tabur Tuai
– Ada karena dosa
– Sama-sama hukum sebab akibat
– Menabur apa yang dituai seseorang
Perbedaan Hukum Karma dan Hukum Tabur Tuai
HK: Dasarnya dari ajaran agama Hindu
HT: Dasarnya dari Alkitab
HK: Melakukan selama hidup seseorang, tapi menuainya di kehidupan mendatang
HT: Melakukan sema dia hidup dan menuai pada masa hidupnya pula
HK: Karma menentukan wujud di kehidupan mendatang
HT: Perbuatan tidak menentukan di kehidupan mendatang
HK: Keselamatan ditentukan oleh karma seseorang
HT: Keselamatan ditentukan oleh anugerah Tuhan
Sikap sebagai orang Kristen bagaimana?
Setelah mengetahui perbedaan di antara kedua hukum di atas, kita sebagai orang Kristen harus bertindak kritis. Tidak mudah terpengaruh atau ikut-ikutan dengan orang lain. Kita harus menolak pengajaran tentang hukum karma, sebab itu di luar iman Kristen. Yang harus diyakini adalah bahwa ada hukum tabur tuai. Di mana kita seharusnya melakukan hal-hal yang baik semasa hidup agar meninggalkan kesan baik sewaktu meninggal dunia. Seperti kata pepatah “Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan kesan.” Pertanyaannya, apakah kita sudah berbuat hal yang terbaik untuk meninggalkan kenangan yang baik terhadap apa yang sudah kita perbuat semasa hidup.
Prinsipnya adalah menaburlah terus apa yang baik, jangan pikirkan kapan kita akan menuainya. Mungkin di masa kita hidup, kita tidak bisa menikmati hasilnya. Bisa jadi anak cucu kita yang akan menikmati taburan kita kelak. Ibarat seseorang yang menanam biji durian, dia tidak langsung menerima hasil buah durian itu. Harus menunggu 10 sampai 13 tahun lagi. Dan bila kita tidak sampai menikmati hasilnya, ada anak-anak kita yang pasti akan menikmatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar